Khamis, 7 Mac 2013

Rumusan Etika Guru Menurut Ulama Islam


Rumusan Etika Guru Menurut Ulama Islam

Etika Guru Menurut K.H.M Hasyim Asy’ ari
Ada dua puluh etika guru terhadap dirinya sendiri yaitu :
  1. Agar selalu istiqomah dalam muraqobah kepada Allah SWT.
  2. Senantiasa berlaku Khauf (takut kepada Allah) dalam segala ucapan dan tindakan.
  3. Senantiasa bersikap tenang.
  4. Senantiasa bersikap wara’ (meninggalkan perkara syubhat dan meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat).
  5. Selalu bersikaf tawadlu’ (merendahkan diri terhadap mahluk dan melembutkan diri kepada mereka, atau patuh kepada kebenaran, dan tidak berpaling kepada hikmah, hukum dan kebijaksanaan).
  6. Selalu khusyu’ kepada Allah SWT.
  7. Menjadikan Allah sebagai tempat meminta pertolongan dalam segala keadaan.
  8. Tidak menjadikan ilmunya sebagai tangga untuk mencapai keuntungan duniawi.
  9. Tidak diskriminatif terhadap murid.
  10. Bersikap zuhud dalam urusan dunia sebatas apa yang ia butuhkan.
  11. Menjauhkan diri dari tempat yang rendah dan hina menurut manusia.
  12. Menjauhkan diri dari tempat-tempat kotor dan maksiat.
  13. Agar selalu menjaga siar-siar islam dan zahir-zahir hukum, seperti shalat berjamaan di masjid.
  14. Menegakkan sunnah-sunnah dan menghapus segala hal yang mengandung unsur bid’ah.
  15. Membiasakan melakukan hal sunnah yang bersifat syari’at.
  16. Bergaul dengan ahlak yang baik.
  17. Membersihkan hati dan tindakannya dari akhlak yang jelek dan dilanjutkan dengan perbuatan yang baik.
  18. Senantiasa bersemangat untuk mengembangkan ilmu dan bersungguh-sungguh dalam setiap aktivitas ibadah.
  19. Tidak boleh membeda-bedakan status, nasab, dan usia dalam mengambil hikmah dari semua orang.
  20. Membiasakan diri untuk menyusun atau merangkum.
 K.H. Hasyim Asy’ari memberikan pedoman bagi guru yang hendak mengajar, yaitu ketika akan berangkat ke ruangan (majlis ilm) :
  1. Mensucikan dirinya dari hadas dan kotoran
  2. Memakai harum-haruman
  3. Memakai pakaian yang layak sesuai dengan mode zamannya dengan  maksud untuk mengagungkan ilmu dan menghormati syariat.
  4. Berniat menyebarkan ilmu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menegakkan agama Allah serta menyampaikan hukum-hukum Allah.
  5. Berniat untuk menunjukkan kebenaran dan kembali kepada kebajikan.
  6. Berkumpul bersama untuk berzikir kepada Allah SWT.
  7. Menyebarkan kedamaian kepada kawan-kawan muslimin.
  8. Mendo’akan ulama terdahulu.
 Saat masuk ruangan (majlis ilm)
  1. Mengucapkan salam dengan tenang, tawadlu’ dan khusu’.
  2. Duduk ditempat yang bisa dilihat oleh semua murid.
  3. Bersikap lemah lembut kepada yang lain dengan menghormati dengan tutur kata yang lembut, wajah berseri-seri dan hormat.
 Saat memulai mengajar
  1. Memulai belajar dengan membaca ayat Al-Qur’an untuk mencari barokah.
  2. Mendahulukan materi yang dianggap penting, dan tidak memperpanjang pelajaran sehingga membosankan atau meringkasnya.
  3. Jangan mengeraskan suara secara berlebihan atau memelankannya sehingga tidak terdengar, namun sebaiknya suara itu tidak melebihi majelis.
  4. Menjaga majelis dari kesalahan.
  5. Menekankan agar tidak membahas secara berlebihan atau menunjukkan tata krama yang jelek ketika membahas suatu pelajaran.
  6. Apabila ditanya tentang sesuatu yang belum diketahui, maka hendaknya dijawab “saya tidak tahu, atau saya tidak mengerti, karena sebagian dari ilmu adalah menyatakan saya tidak mengerti “.
  7. Hendaknya menunjukkan kasih sayang kepada orang baru yang hadir di majelis.
  8. Hendaknya memulai pelajaran dengan membaca basmalah.
  9. Jika tidak menguasai materi, maka hendaknya jangan mengajar atau mengajarkan sesuatu yang tidak tahu karena hal itu termasuk mempermainkan agama dan merendahkan diri dihadapan manusia.
Etika Guru Menurut K.H. Ahmad Dahlan
Syarat-syarat guru adalah sebagai berikut.
  1. Muslim
  2. Mempunyai kemampuan dan kecakapan yang diperlukan
  3. Anggota/calon anggota/simpatisan organisasi (muhammadiyah atau aisyiyah).
  4. Loyal terhadap persyarikatan dan perguruan.
  5. Berjanji untuk memenuhi persyaratan khusus yang dimufakati bersama antara yang bersangkutan dengan bagian pendidikan dan pengajaran.
Diantara kelima syarat tersebut, syarat kemampuan menjadi perhatian yang istimewa. Syarat kemampuan dirinci sebagai berikut:
  1. Menguasai bahan; a) menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah, b) menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidang studi.
  2. Menguasai program belajar; a) merumuskan tujuan instruksional, b) mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar, c) memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat, d) melaksanakan program mengajar dan belajar, e) mengenal kemapuan anak didik, f) merencakan dan melaksanakan pengajaran remedial.
  3. Mengelola kelas; a) mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran, b) menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi.
  4. Menggunakan media dan sumber; a)  mengenal dan memilih serta menggunakan sumber, b) menggunakan alat-alat bantu pelajaran yang sederhana, c) menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar, d) mengembangkan laboratorium, e) menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar.
  5. Menguasai landasan-landasan kependidikan
  6. Mengelola interaksi belajar mengajar.
  7. Menilai prestasi siswa untuk kependidikan dan pengajaran.
  8. Menguasai fungsi dan program dan bimbingan di sekolah; a) menguasai fungsi dan layanan dan bimbingan di sekolah, b) menyelenggarakan program layanan dan bimbingan di sekolah.
  9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah; a) mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah, b) menyelenggarakan administrasi sekolah.
  10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
 Etika Guru menurut K.H. Imam Zarkasyi
Mengingat pentingnya tugas guru, maka guru harus memiliki sifat khusus yang memungkinkan pelaksanaan tugasnya dengan cara sebaik mungkin, sifat itu bertalian dengan fisik, intelektual dan moral, yaitu :
  1. Mempunyai akhlak yang mulia dan bebas dari perbuatan buruk
  2. Mempunyai niat dengan penuh keikhlasan dalam pekerjaannya dan bersungguh-sungguh dalam tugasnya.
  3. Sehat badan, kuat jasmani dan pikirannya.
  4. Suci dari cacat badan yang merendahkan (martabat guru)
  5. Mengetahui dasar pendidikan dan metode mengajar.
  6. Mengetahui ilmu jiwa (psikologi)
  7. Penuh bacaan dengan berbagai refrensi/literatur, sehingga menjadikannya orang yang menguasai materi.
  8. Cakap dalam memilih materi yang terpercaya kebenarannya, relevan dengan zaman dan kemampuan murid.
  9. Cakap dalam menyusun materi secara logis dan tertulis dalam buku persiapan mengajar.
  10. Mampu mentransformasi pengetahuan kepada pikiran murid dan sekaligus pemahamannya.
  11. Bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya, senang dan giat dalam melaksanakan tugasnya.
  12. Berair muka yang jernih (tidak murung dan kerut) dengan penuh kasih sayang dan baik dalam perlakuannya.
  13. Mempunyai persiapan dan kesiapan dalam tugasnya dan cakap dalam membangkitkan murid dengan penuh kasih sayang.
  14. Mampu membangkitkan kreatifitas murid dengan berbagai ilmu dan seni.
  15. Mampu memberikan kerinduan murid dalam pelajaran.
  16. Mampu dalam menguasai kelas dan dapat menjalin jalinan rohani (psikolgis) antara mudarris dan murid.
  17. Bertindak bijaksana dan adil dalam melakukan hukuman/sanksi terhadap murid.
  18. Matanya harus selalu awas, penuh perhatian dan cukup keberanian.
  19. Bersifat sabar, penuh kasih sayang terhadap murid.
  20. Suaranya harus jelas dan terang, berwibawa dan membekas dalam jiwa.
  21. Mengerti tujuan masing-masing pelajaran dan mengetahui pokok-pokok penting dalam pelajaran.
  22. Mejaga kebersihan badan dan pakaiannya.
 Pesiapan guru dalam mengajar
 Metodologi-psikologis dan motivasi kejiwaan kepada guru yang akan melaksanakan tugas mendidik dan mengajar yaitu :
  1. Niat mengajar.
  2. Mendidik dan mengajar adalah realisasi dari mujahadah yaitu mau bersusah payah memikirkan kebaikan, bukan enaknya.
  3. Belajar dihadapan murid tak akan kurang penting (berarti) dengan belajar dihadapan guru
  4. Seorang guru dalan professor pada mata pelajaran masing-masing. Untuk itu diperlukan persiapan mengajar tertulis, yang matang dan banyak (konfrehensif).
  5. Metode lebih penting dari materi, akan tetapi eksistensi guru itu lebih penting dari pada metode, dan jiwa guru (jauh) lebih penting dari wujud guru itu sendiri.
dikutip dari Modul Bahan Ajar Etika Profesi Dual Mode System-Fakultas Tarbiyah IAIN Mataram Tahun 2009

Tiada ulasan: